Jenis Augmented Reality yang Sedang Mengubah Dunia Digital
Kupang, Oktober 2025 — Teknologi Augmented Reality (AR) kini bukan lagi sekadar tren futuristik. Dalam beberapa tahun terakhir, AR telah menjadi bagian nyata dari kehidupan digital, menghadirkan interaksi langsung antara dunia nyata dan dunia virtual. Berdasarkan klasifikasi terbaru para peneliti, terdapat jenis AR yang masing-masing menghadirkan karakteristik unik serta potensi besar untuk industri dan pendidikan.
1. Triggered AR: AR yang Diaktifkan oleh Pemicu Nyata
Kelompok pertama ini disebut Triggered AR, karena sistemnya aktif saat ada pemicu seperti gambar, objek, lokasi, atau gerakan. Contohnya, Marker-based AR—seperti aplikasi Blippar dan Aurasma—menggunakan gambar atau benda fisik sebagai pemicu untuk menampilkan elemen digital. Ada juga Location-based AR seperti Yelp dan Instagram, yang memanfaatkan GPS untuk menampilkan informasi tambahan di atas peta atau tampilan kamera.
Sementara itu, Dynamic dan Complex Augmentation—seperti pada Video Painter, Swivel, dan Google Glass—memungkinkan pengguna berinteraksi secara langsung dengan objek digital yang bergerak, lengkap dengan pengenalan gerak dan akses data internet real-time.
2. View-Based AR: Pengalaman Visual Tanpa Batas
Kelompok kedua, View-Based AR, menonjolkan kecerdasan tampilan visual tanpa membutuhkan marker atau pemicu khusus. Aplikasi seperti Wall Painter menghadirkan simulasi dunia nyata yang ditingkatkan dengan elemen digital, berguna untuk keperluan desain, arsitektur, atau pendidikan. Sementara itu, Non-specific Digital Augmentation seperti Swat the Fly dan Bubbles, memungkinkan pengguna menikmati efek AR di kamera mana pun tanpa batas lokasi.
Inovasi ini menjadi jembatan antara dunia nyata dan dunia digital, memperluas cara manusia memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
💬 Kata Developer
“Teknologi AR bukan hanya soal visualisasi, tetapi tentang pengalaman belajar yang imersif dan bermakna. Kita bisa melihat bagaimana AR dapat disesuaikan dengan konteks lokal—misalnya dalam pendidikan bela negara atau pelestarian budaya di perbatasan.”
— M. Erwin Bria, Peneliti dan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, pengembang proyek Katalog Gatra berbasis Augmented Reality.
3. AR: Dari Hiburan ke Transformasi Edukasi dan Budaya
Perkembangan AR ini menunjukkan bahwa teknologi tersebut tidak lagi terbatas pada hiburan. Kini, AR mulai digunakan untuk memperkuat pembelajaran interaktif, promosi wisata, dan pelestarian budaya lokal. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan kreatif, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pionir dalam pengembangan AR edukatif dan kultural di Asia Tenggara.
“Kuncinya adalah menggabungkan teknologi dengan nilai dan identitas lokal. Ketika AR dipadukan dengan unsur budaya dan semangat kebangsaan, teknologi ini tidak hanya canggih, tetapi juga bermakna.”
— M. Erwin Bria
